Ibu mengecam rasisme di sekolah elit di pedalaman SP

Minggu malam lalu (30), siswa dari Colégio Visconde de Porto Seguro de Valinhos, di pedalaman São Paulo, membuat grup dengan 32 anggota yang disebut “Fundação Anti Petismo”. Para siswa tersebut sedang diselidiki oleh Polisi Sipil setelah melakukan penghinaan rasis terhadap rekannya.

Lembaga ini bersifat tradisional dan dihadiri oleh siswa kelas menengah atas. Tujuan kelompok ini adalah mengajak para pelajar untuk berdemonstrasi menentang hasil mesin pemungutan suara elektronik.

PUBLISITAS

Siswa Antônio Biebie, 15 tahun, ditambahkan ke grup dan melihat komentar agresif seperti: “Saya ingin orang-orang Timur Laut ini mati kehausan”, “Saya ingin gadis kulit hitam itu untuk ibumu”, “Saya pro-re- perbudakan di Timur Laut”, “Saya ingin melihat diri Anda sendiri yang lebih miskin sekarang” dan “oh oh betapa bodohnya dia miskin”.

Patung-patung dengan swastika dan referensi lain tentang Nazisme juga hadir dalam pertukaran pesan para siswa.

Para siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut, pada Senin (31), menggelar aksi menentang hasil pemilu di lingkungan sekolah, saat istirahat kelas.

Pada Selasa (1), Antonio menggalakkan demonstrasi menentang rasisme dan meminta pihak sekolah mengambil tindakan lebih serius.

PUBLISITAS

Ibu Antonio merekam ancaman yang diterima putranya di media sosial.

https://www.instagram.com/p/CkY22K2uNjK/?utm_source=ig_embed&ig_rid=3873a831-ce99-485e-a9dc-41b2c1dd1c74

Colégio Visconde de Porto Seguro menyatakan menolak tindakan rasisme, namun tidak menjelaskan secara jelas tindakan apa yang akan diambil.

“College Porto Seguro menolak segala tindakan atau komentar rasis terhadap siapa pun. Tindakan penghinaan rasial tidak dibenarkan dalam konteks apa pun. Mengingat bahwa pembangunan masyarakat yang bebas, adil dan egaliter mensyaratkan penghormatan terhadap keberagaman dan kebebasan, Perguruan Tinggi tidak menoleransi segala jenis permusuhan, penganiayaan, prasangka dan diskriminasi. Perlu diingat bahwa perkuliahan, bimbingan pendidikan dan proyek tentang keberagaman pendapat, ras dan gender diadakan di semua kampus untuk siswa dan komunitas sekolah.”

PUBLISITAS

Menurut Polisi Sipil, “Kasus tersebut terdaftar sebagai penghinaan rasial di Kantor Polisi Anak dan Remaja Campinas (DIJU). Ibu korban mendatangi kantor polisi pada Senin pagi (31) dan mengatakan putranya mengalami serangan rasis di grup Whatsapp yang terdiri dari teman sekolahnya. Setelah tindakan yudisial polisi, kasus tersebut diteruskan ke kantor polisi Valinhos, dan penyelidikan terus dilakukan. Detailnya akan dijaga karena kerahasiaan penyelidikan dan karena melibatkan anak di bawah umur.

Baca juga:

gulir ke atas