Akankah kecerdasan buatan (AI) menggantikan jurnalisme?

Meskipun kecerdasan buatan (AI) telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan digunakan di beberapa bidang, termasuk produksi konten jurnalistik, diyakini bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak akan sepenuhnya menggantikan pekerjaan jurnalis.



AI dapat menjadi alat yang berguna untuk membantu jurnalis dalam melakukan tugas-tugas seperti analisis data, pencarian dan verifikasi informasi, namun masih ada keterbatasan terkait kemampuan AI dalam menghasilkan teks yang menyampaikan kualitas dan kedalaman yang sama dengan teks yang ditulis oleh jurnalis.

PUBLISITAS

Jurnalisme melibatkan keterampilan seperti kemampuan mewawancarai, menyelidiki, dan menulis cerita manusia dengan empati dan pemahaman. Keterampilan ini memerlukan tingkat kearifan, kepekaan, dan pemikiran kritis yang, setidaknya saat ini, belum dapat dicapai oleh AI.

https://www.instagram.com/reel/CoNcYr6Asls/?utm_source=ig_web_copy_link

Lebih jauh lagi, jurnalisme adalah profesi yang melibatkan etika dan tanggung jawab sosial, serta pengambilan keputusan penting mengenai apa yang dipublikasikan dan bagaimana publikasinya. Ini adalah keterampilan manusia yang tidak dapat ditiru oleh algoritma AI.

Jadi, meskipun AI dapat menjadi alat yang berguna bagi jurnalis, AI sepertinya tidak akan sepenuhnya menggantikan kebutuhan akan profesional jurnalisme yang terlatih.

PUBLISITAS

OpenAI mengembangkan alat untuk mengidentifikasi teks yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (Reproduksi OpenAI/Kanva)

*Teks artikel ini sebagian dibuat oleh ChatGPT, model bahasa berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh OpenAI. Entri teks dibuat oleh Curto Berita dan tanggapan sengaja direproduksi secara lengkap. Jawaban dari ChatGPT dihasilkan secara otomatis dan tidak mewakili pendapat OpenAI atau orang yang terkait dengan model tersebut. Semua tanggung jawab atas konten yang dipublikasikan berada di tangan Curto Berita.

gulir ke atas