"Kami terkejut melihat bagaimana iklim ekstrem di Amazon berhubungan dengan iklim ekstrem di Tibet“, kata Jurgen Kurths, salah satu penulis studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Tiongkok, Eropa, dan Israel yang diterbitkan bulan ini di jurnal Nature Climate Change.
PUBLISITAS
Para ilmuwan menggunakan simulasi komputer untuk memetakan bagaimana hal tersebut terjadi pemanasan global dapat menentukan korelasi jarak jauh ini pada tahun 2100.
Dari sini, mereka mengetahui bahwa saat cuaca lebih panas Amazon, suhu juga meningkat di Dataran Tinggi Tibet. Sebaliknya, jika hujan lebih banyak terjadi di hutan hujan Amazon, maka salju akan lebih sedikit turun di wilayah Himalaya, yang juga disebut “kutub ketiga” planet ini karena banyaknya air tawar yang tersimpan dalam bentuk es.
Berdasarkan data yang tersedia mengenai jumlah salju di wilayah tersebut, penulis penelitian mengatakan mereka melihat tanda-tanda awal bahwa salju akan turun Tibet Sejak tahun 2008, telah mendekati point of no return.
PUBLISITAS
Dataran Tinggi Tibet menyediakan sebagian besar air yang dikonsumsi oleh sekitar 2 miliar orang di Asia.
Artikel lain yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change tahun lalu menyatakan bahwa perubahan iklim mengancam air yang tersimpan di dalamnya Tibet, yang membahayakan pasokan jutaan orang di benua Asia.
(dengan AFP)
Baca juga: